Assalamu'alaikum Wr. Wb

Blog ini dibuat hanya sekedar untuk pengisi waktu luang, tidak ada yang terlalu serius dan penting dalam blog sederhana ini. Tulisan-tulisan yang ada hanya merupakan coretan tanpa makna yang muncul dari "ketidak seriusan" saya dalam membuat blog ini.

Blog ini hanya sebagai penyalur "uneg-uneg" saya tanpa bermaksud membuat orang berpikir terlalu serius. Lihat dan dengar berita di media massa, betapa banyak orang yang pada akhirnya bunuh diri karena terlalu serius menghadapi permasalahan hidupnya sehingga stress, dan ketika tidak mendapatkan jalan keluar dari masalah, akhirnya memilih jalan pintas untuk "keluar dari kehidupannya".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

23 Desember 2008

Siapa yang salah?

Dalam 3 hari terakhir ini, stasiun-stasiun TV ramai memberitakan dan membahas tindak kekerasan yang dilakukan oleh 6 orang murid SMP 3 Cimahi terhadap seorang temannya, yang kebetulan tempatnya hanya 100 meter dari rumah kontrakan saya dan bersebelahan dengan SD tempat anak saya sekolah.



Peristiwa tersebut memiliki kesamaan dengan berbagai peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh siswa-siswa berbagai sekolah baik kedinasan maupun swasta, serta tawuran antar sekolah, antar fakultas di perguruan tinggi dan lain-lain. Intinya bahwa tindak kekerasan sudah menjadi bagian dari kehidupan anak sekolah (remaja) di Indonesia dan berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sama memprihatinkannya dengan perilaku sosial remaja yang menyimpang dari etika sosial “ketimuran” dengan bukti banyaknya perilaku seks bebas yang beredar melalui video telepon selular.



Siapa yang patut dipersalahkan? Apakah si anak, orang tua, pendidik di sekolah atau lingkungannya?


Menyalahkan si anak menurut saya kurang pas, karena pada dasarnya seorang manusia dilahirkan dengan jiwa dan pribadi yang bersih. Hitam atau putihnya akan sangat tergantung oleh siapa, bagaimana dan dengan apa diolahnya. Sehingga peran orang tua, pendidik dan lingkungan jauh lebih besar dalam membentuk karakter si anak.


Seringkali di jalan saya lihat remaja perempuan dengan pakaian minim, naik sepeda motor tanpa helm dan bergaya urakan bersama dengan teman-temannya. Saya yakin bahwa anak tersebut keluar dari rumahnya sudah dengan kondisi seperti itu, sehingga orang tuanya lah yang kurang memberikan perhatian dan pendidikan moral etika kepada anak.


Kembali ke perilaku kekerasan di sekolah. Pendidik yang baik mestinya peka terhadap perilaku anak didiknya yang cenderung menyimpang, sehingga hal-hal seperti contoh diatas mestinya dapat dicegah. Kalau itu masih terus menerus terjadi, dimana peran pendidik dalam membentuk karakter anak-anak bangsa ini?


Lingkunganpun juga turut andil dalam memperparah kondisi mental anak-anak remaja. Semakin langka masyarakat kita yang mau peduli terhadap tingkah laku remaja di lingkungannya.


Jadi siapa yang paling patut disalahkan?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

tapi jangan lupa kita juga menjadi orangtua, secara jujur saya prihatin sekali, tapi perlu kita sadari mendidik anak-anak jauh lebih rumit dari membuatnya he he, komunikasi dua arah antara suami istri dan anggota keluarga yang lain harus terjalin dengan baik ya.....

Admin mengatakan...

Tengkyu,
tapi kalo kasih komentar cantumkan identitasnya di bawah tulisan

Posting Komentar