Assalamu'alaikum Wr. Wb

Blog ini dibuat hanya sekedar untuk pengisi waktu luang, tidak ada yang terlalu serius dan penting dalam blog sederhana ini. Tulisan-tulisan yang ada hanya merupakan coretan tanpa makna yang muncul dari "ketidak seriusan" saya dalam membuat blog ini.

Blog ini hanya sebagai penyalur "uneg-uneg" saya tanpa bermaksud membuat orang berpikir terlalu serius. Lihat dan dengar berita di media massa, betapa banyak orang yang pada akhirnya bunuh diri karena terlalu serius menghadapi permasalahan hidupnya sehingga stress, dan ketika tidak mendapatkan jalan keluar dari masalah, akhirnya memilih jalan pintas untuk "keluar dari kehidupannya".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

22 Januari 2009

“Ngolorisme”

(Oleh Hamim Tohari)
Sekedar ber opini aja, daripada blog ini sepi

Karena bingung mencari istilah yang tepat, saya gunakan istilah asal-asalan sebagai judul tulisan yang juga asal-asalan ini. Saya yakin istilah “ngolorisme” belum pernah dipakai di alam manapun, sehingga saya tidak perlu khawatir kalau kena kasus PLAGIAT. Sebenarnya saya juga pengin bertanya kepada orang lain tentang istilah yang tepat untuk digunakan, tetapi kalau kebanyakan nanya ntar dikira “cari ranking” (emangnya di Seskoad?.....). Muter-muter ya ….. belum jelas arahnya? Emang sengaja, yang penting udah ngasih pendapat, biar dapat tambahan kepribadian 0,5. O.k. saya mulai saja tulisan ini.


Barack Obama telah resmi terpilih dan disumpah sebagai Presiden Amerika Serikat (
walaupun sumpahnya salah-salah karena nggak pake geladi…) pada tanggal 20 Januari 2009 (hampir bersamaan dengan Ulang Tahun pertama Dikreg XLVI). Ini memang sebuah peristiwa bersejarah yang cukup fenomenal (pinjem istilahnya pasis Muslim Jaya), karena terjadi perubahan yang cukup signifikan dengan terpilihnya orang kulit hitam untuk pertama kalinya menjadi presiden di Negara superpower tersebut.

Lalu apa kaitannya dengan judul tersebut diatas? (
kaya pembimbing taskap aja…..)

Sejak pertama kali Barack Obama mengikuti konvensi capres di tubuh Partai Demokrat bersaing dengan Hillary Clinton, orang Indonesia begitu antusiasnya mengikuti proses tersebut, memberikan dukungan kepada Obama (
entah Obamanya peduli apa tidak..?). Bahkan di Jakarta sempat diadakan polling atau simulasi Pemilu Amerika yang hasilnya memenangkan Obama, seolah-olah Obama adalah Pahlawan Indonesia, hanya karena “sentimen yang berlebihan” akibat Obama pernah “singgah minum” di negeri ini.

Beberapa hari terakhir ini, ketika Obama sudah resmi terpilih, rakyat Indonesia (
yang terlihat di TV) mengharu biru, kegirangan menyambut kemenangannya, seolah-olah habis memenangkan lotre. Ada yang membuat perayaan, ada yang syukuran dan ada pula yang demo memberikan dukungan. Hampir seluruh stasiun TV di tanah air juga tidak henti-henti menyiarkan peristiwa yang terjadi jauh dari kampung halaman kita sendiri tersebut, sampai-sampai kita lupa bahwa kita juga sebentar lagi punya hajat besar memilih presiden kita sendiri.

Hal serupa juga bisa kita lihat pada bidang olah raga, dimana ketika klub-klub besar Eropa sedang bertanding, jutaan rakyat Indonesia rela melek sampe pagi untuk menyaksikannya, bahkan nonton bareng di kafe-kafe juga menjadi trend yang menghinggapi sebagian masyarakat kita. Fans club dari klub-klub sepakbola Eropa terbentuk dimana-mana, dipuja-puja seolah-olah mereka merupakan bagian dari kebanggaan nasional kita.

Situasi seperti itu hampir tidak pernah terjadi ketika Timnas Indonesia sedang bertanding melawan kesebelasan negara lain. Masyarakat cenderung malas menonton pertandingan yang dilakukan oleh Timnas kita sendiri, kebanggaan negara kita sendiri (
apanya yang membanggakan ya….???). Yang terjadi justru situasi yang ironis. Berita-berita tentang kompetisi sepakbola dalam negeri justru lebih banyak diwarnai sisi negatifnya yang berupa tawuran antar supporter, tawuran antar pemain, pemain memukul wasit dan lain-lain.

Kenapa kita ini lebih membanggakan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan kita dibandingkan dengan berupaya memacu diri untuk bisa bersaing dengan mereka?

Apakah dengan terpilihnya Barack Obama akan
Dominan, Berpengaruh Langsung, Tidak Variabel dan Tidak Doktriner terhadap negara kita? (kaya tudung aja……). Saya rasa tidak ada sama sekali pengaruhnya. Walaupun Obama pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia serta memiliki saudara tiri yang berdarah Indonesia, tetapi itu hanya sisi yang sangat kecil dari kehidupan pribadinya. Tidak ada sama sekali hubungannya dengan karir dan kehidupan politiknya sebagai orang Amerika.

Ketika pelantikan belum dilaksanakan, berita di media massa menginformasikan bahwa pengasuh Obama waktu di Jakarta serta saudara tirinya yang ada di Sukabumi akan diundang untuk menghadiri acara pelantikannya sebagai Presiden (
hebat kali ye…?). Kenyataannya mana…? Sampai pelantikan usai pun, secuil kabar dari pihak Obama juga tidak pernah nyampe (mungkin gara-gara itu Obama salah mengucapkan sumpah…). Artinya bahwa Amerika tetaplah Amerika dengan Obamanya, tidak ada kaitannya dengan Jakarta dengan pengasuh Obama-nya, apalagi Sukabumi dengan Mak Erotnya. (jauh banget ye…).

Secara politis, terpilihnya Obama sebagai Presiden Amerika Serikat juga tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap Indonesia. Obama sebagai pribadi boleh memiliki keinginan-keinginan untuk perubahan, tetapi sebagai Presiden, Obama tetaplah pemimpin Amerika Serikat dengan segala predikatnya. Apakah dalam sumpah jabatan (
yang diucapkan dengan salah-salah itu…) tertuang kata-kata “perubahan”?. Sama sekali tidak…!!. Ketika resmi dilantik sebagai Presiden, seorang warga Negara harus bersumpah untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan kepentingan nasional Amerika Serikat yang tertuang dalam konstitusinya. Kita lihat bunyi sumpahnya:

"I do solemnly swear (or affirm) that I will faithfully execute the Office of President of the United States, and will to the best of my ability, preserve, protect and defend the Constitution of the United States."

Jadi kenapa kita mesti ribut2, mengharu biru, berpesta, syukuran dan lain-lain menyambut sebuah peristiwa yang terjadi nun jauh disana dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari? Mending kita benerin kehidupan social kita sendiri yang masih amburadul ini. Pilkada Jatim nggak selesai-selesai, tawuran dimana-mana, anggota dewan korupsi, mantan-mantan pemimpin bangsa yang nggak legowo........ banyak deh yang harus kita urus.

Kebiasaan menyanjung orang lain untuk mendapatkan ”perhatian” yang belum tentu kita dapat itulah yang saya sebut dengan istilah ”NGOLORISME”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar