Assalamu'alaikum Wr. Wb

Blog ini dibuat hanya sekedar untuk pengisi waktu luang, tidak ada yang terlalu serius dan penting dalam blog sederhana ini. Tulisan-tulisan yang ada hanya merupakan coretan tanpa makna yang muncul dari "ketidak seriusan" saya dalam membuat blog ini.

Blog ini hanya sebagai penyalur "uneg-uneg" saya tanpa bermaksud membuat orang berpikir terlalu serius. Lihat dan dengar berita di media massa, betapa banyak orang yang pada akhirnya bunuh diri karena terlalu serius menghadapi permasalahan hidupnya sehingga stress, dan ketika tidak mendapatkan jalan keluar dari masalah, akhirnya memilih jalan pintas untuk "keluar dari kehidupannya".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

13 Maret 2009

PERILAKU POLITIK NARSIS

Bagi di facebook
(Oleh: Hamim Tohari)

Kali ini saya ingin menulis tentang politik, walaupun semula agak ragu-ragu karena kuatir dianggap “tentara berpolitik”, tapi setelah saya pikir kalau hanya sekedar beropini tentang situasi politik secara umum tidak akan menyalahi aturan. Yang dilarang bagi anggota TNI adalah berpolitik praktis serta tidak netral dalam pemilu maupun pilkada. Beropini tentang situasi politik secara umum tidak dapat dikategorikan sebagai “politik praktis” atau pelanggaran terhadap “netralitas TNI.”

Menurut saya, karena pengerahan kekuatan TNI harus didasarkan atas keputusan politik negara, maka akan sangat riskan apabila prajurit TNI “buta politik” karena akan dengan mudah di “bodoh-bodohi” dengan berkedok keputusan politik. Untuk itu, penting bagi prajurit TNI mempelajari ilmu politik dan mengikuti perkembangan situasi politik secara umum dengan batasan-batasan tertentu sesuai aturan, antara lain tidak menyatakan keberpihakannya kepada salah satu partai atau calon tertentu serta tidak menjelek-jelekkan partai politik atau calon lainnya. Pemahaman prajurit tentang politik harus bersifat umum.

Beberapa hari terakhir menjelang dilaksanakannya pemilu legislatif, suhu politik terasa semakin memanas. Isu-isu kecil yang dilontarkan oleh tokoh partai secara tidak sengaja pun bisa menggelembung menjadi besar dan menjadi bahasan menarik di media massa serta semakin memanaskan suhu politik yang memang sudah terasa semakin panas.

Jalan-jalan, tempat-tempat umum menjadi semakin rame dengan poster-poster dan bendera-bendera partai yang bahkan kita pun kadang-kadang lupa, berapa jumlah partai peserta pemilu. Foto-foto caleg, layaknya artis sinetron atau bintang iklan, semakin banyak bertebaran dimana-mana, entah siapa yang membuat, siapa yang memasang, kita juga tidak tahu. Bahkan dari sekian ratus foto yang terpasang di jalan-jalan dan di tempat umum tersebut, mungkin hanya satu atau dua saja yang pernah kita dengar namanya, selebihnya......... au ah...gelap.

Suatu ketika saya sedang beli makanan di pedagang gerobak dorong di pinggir jalan di Cimahi, dan ketika saya perhatikan, gerobaknya penuh dengan tempelan gambar-gambar caleg, baik caleg DPR RI, DPRD propinsi ataupun DPRD Kota. Kemudian saya tanya kepada si ibu penjual makanan tersebut apakah dia kenal sama orang yang fotonya di tempel di gerobaknya atau tidak......... Jawabannya adalah, tidak satupun wajah-wajah orang yang fotonya di tempel tersebut yang di kenal sama si ibu pedagang makanan. Ketika saya tanya sudah berapa lama tinggal di Cimahi, ibu itu menjawab sudah 12 tahun.

Kondisi yang sama juga saya temukan ketika saya bertanya kepada seorang pedagang keliling yang lewat di kompleks perumahan, tidak ada satupun diantara caleg yang gambarnya terpasang di sepanjang jalan yang dia kenal.

Saya lantas berpikir........siapa sih yang sebenarnya mencalonkan orang-orang tersebut menjadi caleg? Rakyat pendukungnya kah, partainya kah, atau malah dirinya sendiri kah.....?

Seandainya jawabannya adalah rakyat pendukungnya, lantas rakyat yang mana yang dimaksudkan....? Memang dari sedikit sampel yang saya amati mungkin tidak bisa mewakili seluruh populasi yang ada, tetapi paling tidak memberikan gambaran bahwa meskipun gambar wajah caleg sudah sekian lama terpampang dimana-mana, ternyata tidak banyak masyarakat yang kenal. Hasil survey yang dilaksanakan oleh sebuah stasiun TV juga menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih tidak mengenal caleg-caleg yang akan dipilihnya. Jadi agak meragukan juga kalau dikatakan bahwa mereka mencalonkan diri mejadi anggota legislatif atas dasar dukungan rakyat, karena kalau memang mereka sudah didukung oleh rakyat....kenapa masih menghambur-hamburkan uang untuk membuat ”poster narsis” untuk dipasang di jalan-jalan dan ”mengemis” untuk dipilih?

Bila ternyata yang mencalonkan mereka adalah partainya, lalu kenapa mereka disebut anggota DPR ? karena DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat, yang mewakili suara-suara rakyat secara jujur dan tidak tendensius. Padahal kenyataannya mereka hanya mewakili partai politik yang lebih mengedepankan kepentingan politik partainya. Bila kenyataannya demikian, maka nama lembaga legislatif yang terhormat itu seharusnya berganti nama menjadi DPP (Dewan Perwakilan Partai).

Yang lebih menyedihkan lagi apabila ternyata para caleg itu mencalonkan diri sendiri, mengorbankan dana yang cukup besar untuk mempopulerkan diri, pasang poster dimana-mana demi mengejar status sebagai anggota legislatif. Kebetulan pada saat ini acara komedi Suami Suami Takut Istri juga memparodikan situasi yang sama, yaitu para caleg menghambur-hamburkan uang untuk menarik suara ”pendukung” yang belum tentu mendukungnya. Perilaku politik seperti inilah yang bisa kita sebut sebagai perilaku ”politik narsis” atau yang pernah disebut secara vulgar oleh seorang pengamat politik sebagai perilaku ”politik onani” yang cenderung menyanjung dan menyenangkan diri sendiri tanpa mempedulikan apakah orang lain tertarik apa tidak.

Kalau ternyata ini yang terjadi, maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah mereka menjadi anggota legislatif? Kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah mereka akan menjadi arogan dengan status barunya sebagai orang terhormat di lembaga negara dan kemungkinan yang lebih buruk adalah bahwa mereka akan berusaha untuk mengembalikan modal besar yang telah mereka keluarkan pada saat mempromosikan dirinya.

MEMPRIHATINKAN.....!!!!

Terkadang juga timbul kegelian dalam hati ketika melihat wajah-wajah para caleg yang gambarnya dipampang di pinggir-pinggir jalan. Banyak wajah-wajah caleg yang berusia awal 20 tahunan dengan gelar yang jauh dari bidang politik dan pemerintahan. Dengan pose yang dibuat-buat seperti bintang iklan atau artis sinetron mereka ”menjajakan diri” agar dibeli oleh pemilih. Saya berpikir..... apa yang kira-kira bisa mereka perbuat untuk rakyat apabila mereka nanti terpilih menjadi anggota legislatif...? sementara mereka sendiri belum matang pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi dalam kehidupan organisasi dan kepemerintahan.

Akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa kita masih perlu waktu yang cukup panjang untuk bisa berpolitik dengan benar. Kita masih perlu banyak belajar untuk menyingkirkan ego pribadi dan kelompok dalam rangka menciptakan sistem politik dan pemerintahan yang kuat demi membangun bangsa dan negara.

Mudah-mudahan opini saya ini salah atau barangkali terlalu dini seperti orang yang menderita ejakulasi prematur.

Wallahu’alam

Namanya juga beropini............



Tidak ada komentar:

Posting Komentar