Assalamu'alaikum Wr. Wb

Blog ini dibuat hanya sekedar untuk pengisi waktu luang, tidak ada yang terlalu serius dan penting dalam blog sederhana ini. Tulisan-tulisan yang ada hanya merupakan coretan tanpa makna yang muncul dari "ketidak seriusan" saya dalam membuat blog ini.

Blog ini hanya sebagai penyalur "uneg-uneg" saya tanpa bermaksud membuat orang berpikir terlalu serius. Lihat dan dengar berita di media massa, betapa banyak orang yang pada akhirnya bunuh diri karena terlalu serius menghadapi permasalahan hidupnya sehingga stress, dan ketika tidak mendapatkan jalan keluar dari masalah, akhirnya memilih jalan pintas untuk "keluar dari kehidupannya".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

26 Januari 2009

GAGAL PANEN

(oleh: Hamim Tohari)

Selama weekend kemaren saya kebetulan bertemu dengan beberapa orang teman, ada yang sama-sama alumni Dikreg XLVI Seskoad 2008 dan ada yang sedang mengikuti pendidikan Seskoad Dikreg XLVII 2009. Dalam obrolan dengan teman-teman tersebut, ada satu hal yang akhirnya menarik saya untuk membuat tulisan ini, yaitu pandangan ”para pimpinan kita” tentang Dikreg 46. dimana saya merupakan salah satu alumninya.


Rekan saya yang kebetulan berdinas di Seskoad setelah menyelesaikan pendidikan, pernah "curhat" karena muncul persepsi orang-orang, baik di lingkungan pejabat Seskoad maupun sebagian pejabat TNI AD bahwa Dikreg XLVI Seskoad 2008 merupakan sebuah kegagalan sistem. Dengan membuat perbandingan terhadap Dikreg yang lain, pada intinya banyak pihak yang menyimpulkan bahwa Dikreg 46 merupakan contoh negatif yang tidak boleh ditiru oleh Dikreg selanjutnya.



Mengapa hal ini mengusik saya untuk membuat tulisan yang bersifat ”pembelaan?”. Jawabannya adalah karena saya muak dengan ”kemunafikan” yang tersirat dalam persepsi orang tentang Dikreg 46 yang seolah-olah mengangap bahwa kesalahan itu adanya pada Pasis.

Kalau kita amati pandangan orang-orang tentang Dikreg 46 seperti yang sampaikan oleh rekan saya, serta dari obrolan saya sendiri dengan beberapa orang, sebenarnya yang menjadi masalah utama adalah proses seleksi untuk masuk menjadi Pasis Dikreg 46, yang ternodai oleh kebocoran soal ujian sehingga mencetak sejarah baru yaitu adanya seleksi ulang. Hal tersebut kemudian di bumbu-bumbui dengan informasi bahwa yang lulus seleksi murni untuk menjadi Pasis Dikreg 46 hanyalah 2 orang, sehingga yang lainnya (202 orang) dipaksakan untuk memenuhi alokasi jumlah Pasis Dikreg. Bumbu itu kemudian di perpedas dengan diulangnya salah satu Geladi Posko Pasis sehingga menjadi sajian yang lezat untuk disantap dan dibicarakan di ”media massa” layaknya wisata kuliner.

Pertanyaannya adalah......Apakah itu semua merupakan kesalahan Pasis Dikreg 46?

Menurut saya....... jawabannya adalah sama sekali bukan. Kesalahan terletak pada sistem dan manusia-manusia yang mengawakinya, mungkin termasuk orang-orang yang membicarakannya. Makanya dibagian awal tulisan ini saya gunakan istilah ”kemunafikan”, karena ketika orang-orang membicarakan ”kebobrokan” yang terjadi pada Dikreg 46, mereka sebenarnya membicarakan kebobrokan yang mereka ciptakan sendiri dengan menyalahkan orang lain. Mari kita bahas dengan sedikit lebih detail.

Kalau kita membicarakan kebocoran soal, saya yakin tidak ada orang yang berani mengatakan bahwa kebocoran itu hanya terjadi pada proses seleksi Dikreg 46 saja. Hal seperti itu sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Di dalam lingkungan sosial kita yang memang secara keseluruhan masih bobrok, segala sesuatu yang harus diraih melalui sebuah seleksi selalu membuka peluang terjadinya penyimpangan. Hal tersebut tidak hanya terjadi di lingkungan TNI, tetapi hampir di setiap bidang kehidupan. Sering kita mendengar atau menyaksikan berita tentang bocornya soal menjelang dilaksanakannya UAN di sekolah-sekolah yang merupakan salah satu contoh kasus yang paling nyata terjadi. Dari hasil ngobrol dengan para ”senior” juga saya dapatkan gambaran bahwa kebocoran soal selalu terjadi pada saat proses seleksi masuk Seskoad dari tahun ke tahun. Yang membedakan adalah kuantitas dan kualitas kebocoran tersebut.

Dengan demikian, dapat saya katakan bahwa kebocoran soal yang terjadi pada proses seleksi Dikreg 46 BUKAN KESALAHAN PASIS tetapi kesalahan sistem yang sudah berjalan puluhan tahun tanpa ada upaya untuk memperbaikinya atau memang sengaja dipelihara sebagai lahan mencari nafkah. Kebetulan Calon Pasis (bukan Pasis) Dikreg 46 yang menjadi korban dari bobroknya sistem yang sudah kronis tersebut. Kalau kemudian Pasis Dikreg 46 yang menjadi pembicaraan karena dianggap sebagai sumber kesalahan, maka dapat daya katakan bahwa hal itu merupakan suatu kemunafikan yang dilakukan untuk menutup-nutupi kebobrokan sistem dan moralitas manusia yang mengawakinya.

Sekarang kita lanjutkan pembahasan tentang lulus murni dan tidak murni, yang menurut saya ini seperti membicarakan hantu, kuntilanak, gendruwo dan sebagainya. Artinya membicarakan masalah nilai kelulusan seleksi Seskoad merupakan sesuatu yang abstrak, terselubung, tidak transpasan. Saya tidak pernah mendengar hasil seleksi Seskoad diumumkan secara terbuka (walaupun di lingkungan TNI AD sendiri), sehingga setiap peserta seleksi mengetahui dengan pasti berapa nilainya dan apabila tidak lulus karena apa, serta yang lulus itu nilainya berapa...? Semua serba samar-samar atau mungkin juga sengaja disamarkan agar terbuka peluang untuk mencari nafkah dari ke”samar-samar”an tersebut.

Dengan demikian, apabila dikatakan bahwa Pasis Dikreg 46 yang lulus murni hanya 2 orang, maka parameternya apa? Bagaimana perbandingannya dengan Dikreg-Dikreg sebelumnya?. Pertanyaan lainnya, kenapa ada istilah ”lulus murni?’ Berarti selama ini memang benar ada istilah ”lulus tidak murni” ”siluman” dan lain-lain? Kalau benar, berarti kembali lagi bahwa kebobrokan sistem itu sudah terjadi dalam sejarah seleksi Seskoad sejak lama, lalu kenapa Dikreg 46 saja yang dibicarakan?

Lalu bagaimana dengan masalah diulangnya Geladi Posko? Saya rasa sama seperti membicarakan kebocoran soal pada proses seleksi, kebocoran persoalan yang dibuat oleh penyelenggara geladi kepada peserta juga merupakan ”penyakit” yang terjadi dimana-mana, bahkan dalam latihan di satuan yang sebenarnyapun, hal itu juga terjadi. Kenapa yang terjadi di Pasis Dikreg 46 dibesar-besarkan? Karena ”kebetulan” Danseskoad mengambil keputusan bahwa Geladi Posko (yang biayanya seharusnya menjadi tanggung jawab lembaga) itu harus diulang. Pada waktu-waktu sebelumnya mungkin juga pernah terjadi bocornya persoalan Geladi Posko ke tangan peserta, tetapi mungkin hanya diberikan sanksi pengurangan nilai atau tindakan fisik kepada pelaku. Kebetulan saja pada Dikreg 46, Danseskoad mengambil keputusan untuk mengulang Geladi Posko yang merupakan sebuah keputusan ”bersejarah”. Dengan demikian, sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah geladi poskonya, tetapi keputusan Danseskoadnya.

Dari keseluruhan pembahasan saya diatas (yang agak semrawut....) lalu muncul pertanyaan, kenapa harus Dikreg 46 yang menjadi bahan pembicaraan yang negatif di kalangan pejabat TNI AD (yang sekarang) dan para pejabat Seskoad (yang sebenarnya menjadi bagian dari Dikreg 46 juga)?

Ibarat kegagalan sebuah panen, Pasis Dikreg 46 adalah tanaman yang mengalami gagal panen karena diserang hama atau kekurangan air, atau penyebab yang lain. Tanaman hanyalah merupakan obyek dari sebuah proses. Hanya ”orang-orang bodoh” saja yang menyalahkan tanaman pada kasus gagal panen. Kesalahan terbesar tentu saja ada pada petani yang bertindak sebagai subyek dalam proses tersebut. Mungkin si petani tidak memberlakukan manajemen pertanian yang baik, tidak pernah memperhatikan adanya hama yang menyerang, tidak memberikan air yang cukup atau alasan-alasan lainnya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil sebuah proses, tetapi faktor yang paling dominan atas berhasil aatau gagalnya sebuah proses sangat ditentukan oleh subyek.

Kembali ke permasalahan Dikreg 46, kondisi yang terjadi sekarang adalah ibarat petani yang gagal memanen tanaman karena tidak becusnya dia mengurus, kemudian melemparkan kesalahan tersebut kepada tanaman. ALANGKAH BODOHNYA SI PETANI...... ALANGKAH MUNAFIKNYA MANUSIA TERSEBUT.

Maaf kalo pembahasannya agak kasar..... dongkol juga sih denger komentar-komentar orang tentang Dikreg 46..



2 komentar:

Anonim mengatakan...

setuju Bang!!!!

saya juga tidak lulus seleksi sudah tiga kali, terakhir saya ikut seleksi untuk Dikreg49 tapi tetep ndak masuk juga......nasib ya nasib...

KOMANDO.....

By:cihuii95(DAMADHIKA)

muharram belle,48 mengatakan...

ASS, seskoad....!
maaf bang, kayaknya dikreg 46 tidak gagal panen bang, contoh alhamdulillah saya dan mungkin teman2 lain bisa sesko dikreg 48 salah satunya adalh berkat dikreg 46 yang mberikan penataran kpd kita2 yuniornya disatuan2 khususny kostrad (trima kasih atas ajarannya), dlap tinggal pembuktiannya bang

BY, Muharram belle, 48

Posting Komentar