Assalamu'alaikum Wr. Wb

Blog ini dibuat hanya sekedar untuk pengisi waktu luang, tidak ada yang terlalu serius dan penting dalam blog sederhana ini. Tulisan-tulisan yang ada hanya merupakan coretan tanpa makna yang muncul dari "ketidak seriusan" saya dalam membuat blog ini.

Blog ini hanya sebagai penyalur "uneg-uneg" saya tanpa bermaksud membuat orang berpikir terlalu serius. Lihat dan dengar berita di media massa, betapa banyak orang yang pada akhirnya bunuh diri karena terlalu serius menghadapi permasalahan hidupnya sehingga stress, dan ketika tidak mendapatkan jalan keluar dari masalah, akhirnya memilih jalan pintas untuk "keluar dari kehidupannya".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

17 November 2009

SENGKETA KENTUT

Bagi di facebook

(oleh: Hamim Tohari)

Alkisah dalam sebuah hikayat, suatu hari Umar bin Khattab Al Faruq duduk-duduk bersama para sahabatnya. Hadir dalam majelis tersebut Jabir bin Abdullah. Di tengah majelis tiba-tiba saja tercium bau tidak sedap, kentut. Umar kemudian berkata, "Aku ingin yang memiliki bau ini segera berdiri kemudian berwudhu."


Akan tetapi sahabat Jabir bin Abdullah tidak ingin orang yang kentut melakukan perintah Umar tersebut, karena hal ini jelas akan membuatnya malu. Kemudian sahabat Jabir mempersilahkan semua berdiri dan berwudhu seraya berkata pada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, bagaimana jika semua yang hadir disini berdiri dan berwudhu?"

Sahabat Umar bin Khattab menjadi takjub dengan kebijakan sahabat Jabir, berliau berkata, "Semoga Allah merahmatimu, engkau adalah sebaik-baik tuan di masa jahiliyah dan di masa Islam."


Subhanallah....


Beberapa waktu belakangan ini, kita bangsa Indonesia juga sedang dilanda fenomena bau kentut yang tiba-tiba saja menyeruak di tengah-tengah majelis penegak hukum. Sampai sekarang masih dilakukan proses pencarian fakta dan kebenaran asal-usul bau kentut tersebut. Masing-masing pihak telah saling menuduh bahwa pihak lain lah yang kentut dan menimbulkan bau, sehingga publik yang menyaksikan menjadi semakin bingung. Sementara publik sendiri juga telah terpecah menjadi kelompok-kelompok yang mendukung pihak-pihak yang berselisih. Melalui media teknologi, publik telah menunjukkan justifikasi masing-masing terhadap pelaku kentut yang menyebarkan bau busuk seantero negeri ini.


Dalam perkembangannya, ternyata yang dipersoalkan bukan sebatas pada siapa yang kentut dan menimbulkan bau, tetapi berpendar ke masalah-masalah lain, misalnya apa yang dimakan sehingga kentutnya bau?. Bahkan berkembang pula ke arah siapa yang memberi makan sehingga menyebabkan terjadinya kentut atau mengapa si tukang kentut mau diberi makan...............dan lain-lain. Pokoknya semakin rumit dan publik semakin bingung dengan pikirannya masing-masing.


Konflik kentut terus berkembang semakin panas hingga akhirnya sang Amirul negeri membentuk sebuah tim untuk melaksanakan penyelidikan dan memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan sengketa kentut.


Tim yang dibentuk secara ad hoc dan independen telah bekerja keras selama beberapa hari untuk melakukan penyelidikan secara komprehensif dan bermuara pada rekomendasi kepada sang Amirul. Namun tetap saja, semua pihak dan publik pendukung terus menerus bertahan pada justifikasi masing-masing. Ketidak percayaan publik terhadap integritas moral majelis penegak hukum telah mengkristal sehingga walaupun sang Amirul negeri telah membentuk tim independen, masih juga muncul kecurigaan-kecurigaan. Misalnya tim itu dicurigai membawa kepentingan tertentu atau bekerja secara tidak profesional dan lain-lain. Sementara masih menunggu sang Amirul negeri mempelajari rekomendasi tim, sudah muncul lagi desakan untuk membentuk tim lain guna melakukan pembenahan majelis penegak hukum. Makin tambah memusingkan.....!


Yang jelas, dengan munculnya sengketa kentut ini, masyarakat dapat melihat semakin jelas bahwa penegakan hukum di negeri ini masih karut marut. Publik juga disuguhi tontotan yang menunjukkan bahwa "bisnis hukum" telah menjadi lahan mencari nafkah yang sangat menjanjikan. Bila dalam bisnis hewan kurban menjelang Idul Adha ini,  banyak makelar yang membantu para pembeli untuk mencari hewan kurban, maka dalam bisnis hukum juga banyak makelar kasus (MARKUS) yang mencari keuntungan dari berbagai kasus, sehingga "harga" penyelesaian sebuah kasus menjadi melambung tinggi, diatas "harga normal".



Lalu apa sebenarnya yang ingin diungkap dari bencana kentut ini? Kebenarankah....? atau keadilankah....? atau popularitas kah.... ?


Kalau yang dicari kebenaran, mestinya konflik kentut ini diselesaikan melalui jalur hukum dengan mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya dan tidak didistorsikan kemana-mana, sehingga pelaku kentut yang sebenarnya dapat diungkap dan dipublikasikan serta diberi hukuman. Inipun mungkin akan sulit, karena bau yang disebarkan telah begitu menyengat busuknya, dan ada kemungkinan pelakunya tidak hanya satu pihak saja, tetapi semua pihak yang ada di majelis kentut secara bersama-sama. Apabila itu yang terjadi, maka majelis ini akan bubar dan tidak ada lagi institusi yang melakukan penegakan hukum di negeri ini. Mungkin cerita Petruk dadi Ratu di dunia pewayangan akan menjadi nyata di dunia manusia negeri ini, dimana seorang rakyat jelata tiba-tiba mengobrak-abrik tatanan akibat rusaknya lembaga-lembaga kenegaraan.


Kalau yang dicari keadilan, mungkin langkah sahabat Jabir dalam hikayat diatas patut ditiru, dalam arti bahwa penyelesaian sengketa kentut ini dapat membawa kebaikan kepada semua pihak tanpa membuat malu salah satu pihak. Masalahnya, sampai sekarang pihak-pihak yang berada dalam majelis masih saling ngotot dan tidak merasa kentut, sehingga tidak ada yang mau diajak berwudhu seperti para sahabat dalam majelisnya Umar bin Khattab.


Yang sebenarnya harus dihindari adalah pencarian popularitas. Artinya bahwa jangan sampai gara-gara desakan publik yang belum jelas juga kebenarannya, kemudian sang Amirul menjustifikasi salah satu pihak sebagai pelaku kentut. Karena sesuatu yang dianggap benar oleh banyak orang, belum tentu pada hakekatnya adalah benar. Harus ada pembuktian. Jangan sampai sang Amirul mengambil tindakan-tindakan populis yang hanya didasarkan atas desakan publik, karena ini dapat menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum di negeri ini. Kita ingat betul betapa tumpulnya penegakan hukum pasca reformasi apabila tindakan-tindakan melanggar hukum itu dilakukan secara kolektif dan mengatasnamakan massa.


Sebaiknya penyelesaian sengketa kentut di negeri ini diawali dengan pencarian kebenaran, kemudian diselesaikan dengan prinsip keadilan dan mempertimbangkan aspek-aspek kepentingan publik.


Bagaimanapun juga, kentut tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Kentut telah ada dan akan tetap ada seiring dengan keberadaan manusia di atas bumi ini. Hanya saja kentut itu ada yang senyap dan ada yang bunyi dengan keras. Bau kentut juga sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas makanan yang ditelah oleh manusia. Masalah kentut akan timbul manakala bunyi atau baunya mengganggu stabilitas kehidupan manusia di sekelilingnya.


Marilah kita tunggu perkembangan beberapa waktu ke depan untuk mengetahui penyelesaian sengketa kentut ini. Yang jelas, publik berharap agar sengketa kentut ini menjadi titik tolak perbaikan majelis penegakan hukum di negeri ini. Semua orang juga harus menjadikan moment ini untuk belajar "kentut dengan baik". Pilihlah makanan yang tepat sehingga kentut kita tidak bersuara dan tidak menimbulkan bau yang menyebabkan masalah bagi orang lain.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

RRRuuuuuuaaarrr....... biasa, wudhu yuk mas :-) 910320

Posting Komentar